SHALAT SUNNAH


Macam-Macam Shalat Sunnah
by Belajar Agama Islam on Wednesday, 23 September 2009 at 14:32


Shalat sunnah itu ada dua macam:

1. Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah
2. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan dilakukan secara berjamaah

A. Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah

1. Shalat Idul Fitri

2. Shalat Idul Adha

Ibnu Abbas Ra. berkata: “Aku shalat Idul Fithri bersama Rasulullah SAW dan Abu bakar dan Umar, beliau semua melakukan shalat tersebut sebelum khutbah.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Dilakukan 2 raka’at. Pada rakaat pertama melakukan tujuh kali takbir (di luar Takbiratul Ihram) sebelum membaca Al-Fatihah, dan pada raka’at kedua melakukan lima kali takbir sebelum membaca Al-Fatihah.

3. Shalat Kusuf (Gerhana Matahari)

4. Shalat Khusuf (Gerhana Bulan)

Ibrahim (putra Nabi SAW) meninggal dunia bersamaan dengan terjadinya gerhana matahari. Beliau SAW bersabda:

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah SWT. Tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak juga karena kehidupan (kelahiran) seseorang. Apabila kalian mengalaminya (gerhana), maka shalatlah dan berdoalah, sehingga (gerhana itu) berakhir.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah ibnu Amr, bahwasannya Nabi SAW memerintahkan seseorang untuk memanggil dengan panggilan “ashsholaatu jaami’ah” (shalat didirikan dengan berjamaah). (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Dilakukan dua rakaat, membaca Al-Fatihah dan surah dua kali setiap raka’at, dan melakukan ruku’ dua kali setiap raka’at.

5. Shalat Istisqo’

Dari Ibnu Abbas Ra., bahwasannya Nabi SAW shalat istisqo’ dua raka’at, seperti shalat ‘Id. (HR Imam Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

Tata caranya seperti shalat ‘Id.

6. Shalat Tarawih (sudah dibahas)

Dari ‘Aisyah Rda., bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat di masjid pada suatu malam. Maka orang-orang kemudian mengikuti shalat beliau. Nabi shalat (lagi di masjid) pada hari berikutnya, jamaah yang mengikuti beliau bertambah banyak. Pada malam ketiga dan keempat, mereka berkumpul (menunggu Rasulullah), namun Rasulullah SAW tidak keluar ke masjid. Pada paginya Nabi SAW bersabda: “Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan tadi malam, namun aku tidak keluar karena sesungguhnya aku khawatir bahwa hal (shalat) itu akan difardlukan kepada kalian.” ‘Aisyah Rda. berkata: “Semua itu terjadi dalam bulan Ramadhan.” (HR Imam Muslim)

Jumlah raka’atnya adalah 20 dengan 10 kali salam, sesuai dengan kesepakatan shahabat mengenai jumlah raka’at dan tata cara shalatnya.

7. Shalat Witir yang mengiringi Shalat Tarawih

Adapun shalat witir di luar Ramadhan, maka tidak disunnahkan berjamaah, karena Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya.

B. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjamaah

1. Shalat Rawatib (Shalat yang mengiringi Shalat Fardlu), terdiri dari:

a. 2 raka’at sebelum shubuh
b. 4 raka’at sebelum Dzuhur (atau Jum’at)
c. 4 raka’at sesudah Dzuhur (atau Jum’at)
d. 4 raka’at sebelum Ashar
e. 2 raka’at sebelum Maghrib
f. 2 raka’at sesudah Maghrib
g. 2 raka’at sebelum Isya’
h. 2 raka’at sesudah Isya’

Dari 22 raka’at rawatib tersebut, terdapat 10 raka’at yang sunnah muakkad (karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW), berdasarkan hadits:

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW senantiasa menjaga (melakukan) 10 rakaat (rawatib), yaitu: 2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya, 2 raka’at sesudah Maghrib di rumah beliau, 2 raka’at sesudah Isya’ di rumah beliau, dan 2 raka’at sebelum Shubuh … (HR Imam Bukhari dan Muslim).

Adapun 12 rakaat yang lain termasuk sunnah ghairu muakkad, berdasarkan hadits-hadits berikut:

a. Dari Ummu Habibah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa senantiasa melakukan shalat 4 raka’at sebelum Dzuhur dan 4 raka’at sesudahnya, maka Allah mengharamkan baginya api neraka.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya ada yang sunnah muakkad dan ada yang ghairu muakkad.

b. Nabi SAW bersabda:

“Allah mengasihi orang yang melakukan shalat empat raka’at sebelum (shalat) Ashar.” (HR Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Huzaimah)

Shalat sunnah sebelum Ashar boleh juga dilakukan dua raka’at berdasarkan Sabda Nabi SAW:

“Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat.” (HR Imam Bazzar)

c. Anas Ra berkata:

“Di masa Rasulullah SAW kami shalat dua raka’at setelah terbenamnya matahari sebelum shalat Maghrib…” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Nabi SAW bersabda:

“Shalatlah kalian sebelum (shalat) Maghrib, dua raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

d. Nabi SAW bersabda:

“Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat.” (HR Imam Bazzar)

Hadits ini menjadi dasar untuk seluruh shalat sunnah 2 raka’at qobliyah (sebelum shalat fardhu), termasuk 2 raka’at sebelum Isya’.

2. Shalat Tahajjud (Qiyamullail)

Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 79, As-Sajdah ayat 16 – 17, dan Al-Furqaan ayat 64. Dilakukan dua raka’at-dua raka’at dengan jumlah raka’at tidak dibatasi.

Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Nabi SAW bersabda: “Shalat malam itu dua (raka’at)-dua (raka’at), apabila kamu mengira bahwa waktu Shubuh sudah menjelang, maka witirlah dengan satu raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

3. Shalat Witir di luar Ramadhan

Minimal satu raka’at dan maksimal 11 raka’at. Lebih utama dilakukan 2 raka’at-2 raka’at, kemudian satu raka’at salam. Boleh juga dilakukan seluruh raka’at sekaligus dengan satu kali Tasyahud dan salam.

Dari A’isyah Rda. Bahwasannya Rasulullah SAW shalat malam 13 raka’at, dengan witir 5 raka’at di mana beliau Tasyahud (hanya) di raka’at terakhir dan salam. (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Beliau juga pernah berwitir dengan tujuh dan lima raka’at yang tidak dipisah dengan salam atau pun pembicaraan. (HR Imam Muslim)

4. Shalat Dhuha

Dari A’isyah Rda., adalah Nabi SAW shalat Dhuha 4 raka’at, tidak dipisah keduanya (tiap shalat 2 raka’at) dengan pembicaraan.” (HR Abu Ya’la)

Dari Abu Hurairah Ra., bahwasannya Nabi pernah Shalat Dhuha dengan dua raka’at (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Dari Ummu Hani, bahwasannya Nabi SAW masuk rumahnya (Ummu Hani) pada hari Fathu Makkah (dikuasainya Mekkah oleh Muslimin), beliau shalat 12 raka’at, maka kata Ummu Hani: “Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan daripada shalat (12 raka’at) itu, namun Nabi tetap menyempurnakan ruku’ dan sujud beliau.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

5. Shalat Tahiyyatul Masjid

Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah duduk sehingga shalat dua raka’at.” (HR Jama’ah Ahli Hadits)

6. Shalat Taubat

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang berdosa, kemudian ia bangun berwudhu kemudian shalat dua raka’at dan memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia akan diampuni.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lain)

7. Shalat Tasbih

Yaitu shalat empat raka’at di mana di setiap raka’atnya setelah membaca Al-Fatihah dan Surah, orang yang shalat membaca: Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar sebanyak 15 kali, dan setiap ruku’, i’tidal, dua sujud, duduk di antara dua sujud, duduk istirahah (sebelum berdiri dari raka’at pertama), dan duduk tasyahud (sebelum membaca bacaan tasyahud) membaca sebanyak 10 kali (Total 75 kali setiap raka’at). (HR Abu Dawud dan Ibnu Huzaimah)

8. Shalat Istikharah

Dari Jabir bin Abdillah berkata: “Adalah Rasulullah SAW mengajari kami Istikharah dalam segala hal … beliau SAW bersabda: ‘apabila salah seorang dari kalian berhasrat pada sesuatu, maka shalatlah dua rakaat di luar shalat fardhu …dan menyebutkan perlunya’ …” (HR Jama’ah Ahli Hadits kecuali Imam Muslim)

9. Shalat Hajat

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mempunyai hajat kepada Allah atau kepada seseorang, maka wudhulah dan baguskan wudhu tersebut, kemudian shalatlah dua raka’at, setelah itu pujilah Allah, bacalah shalawat, atas Nabi SAW, dan berdoa …” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

10. Shalat 2 rakaat di masjid sebelum pulang ke rumah

Dari Ka’ab bin Malik: “Adalah Nabi SAW apabila pulang dari bepergian, beliau menuju masjid dan shalat dulu dua raka’at.” (HR Bukhari dan Muslim)

11. Shalat Awwabiin

Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 25

Dari Ammar bin Yasir bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat setelah shalat Maghrib enam raka’at, maka diampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih lautan.” (HR Imam Thabrani)

Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, dan Tirmidzi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah Ra. Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat enam raka’at antara Maghrib dan Isya’, maka Allah mencatat baginya ibadah 12 raka’at.” (HR Imam Tirmidzi)

12. Shalat Sunnah Wudhu’

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berwudhu, ia menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua raka’at, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

13. Shalat Sunnah Mutlaq

Nabi SAW berpesan kepada Abu Dzar al-Ghiffari Ra.: “Shalat itu sebaik-baik perbuatan, baik sedikit maupun banyak.” (HR Ibnu Majah)

Dari Abdullah bin Umar Ra.: “Nabi SAW bertanya: ‘Apakah kamu berpuasa sepanjang siang?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Dan kamu shalat sepanjang malam?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bersabda: ’Tetapi aku puasa dan berbuka, aku shalat tapi juga tidur, aku juga menikah, barang siapa tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits terakhir ini menunjukkan bahwa shalat sunnah bisa dilakukan dengan jumlah raka’at yang tidak dibatasi, namun makruh dilakukan sepanjang malam, karena Nabi sendiri tidak menganjurkannnya demikian. Ada waktu untuk istirahat dan untuk istri/suami.

Wallahu a’lam

Artikel Lainnya:

SATPEL CARIES GIGI


SATUAN ACARA PENYULUHAN
“AKIBAT CARIES / GIGI BERLUBANG


1. Pokok Bahasan                   : Gigi Berlubang
2. Sub Pokok Bahasan           : a. Pengertian Gigi Berlubang
b. Penyebab Gigi Berlubang
c. Akibat Gigi Berlubang
d. Pencegahan Gigi Berlubang
3. Sasaran                                : Siswa kelas X IA 1 SMA N 1 Jepon (40 siswa)
4. Tempat                                : Aula SMA N 1 Jepon
5. Waktu                                  : 30 menit
6. Penyuluh                             : Isna Mei Iriyana D
7. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Sasaran mengetahui tentang pengertian gigi berlubang, penyebab gigi berlubang, akibat gigi berlubang, dan pencegahan gigi berlubang.
b. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
i.                 Sasaran dapat menjelaskan kembali pengertian gigi berlubang
ii.               Sasaran dapat menyebutkan kembali penyebab gigi berlubang
iii.             Sasaran dapat menjelaskan kembali akibat dari gigi berlubang
iv.             Sasaran dapat menyebutkan kembali cara pencegahan gigi berlubang

8. Proses Penyuluhan
No
Tahap
Metode
Waktu
Kegiatan
1
Pembukaan
Ceramah
3 menit
- Penyuluh mengucapkan salam
- Penyuluh memperkenalkan diri
- Penyuluh menjelaskan TIU dan TIK
- Penyuluh memberikan evaluasi awal (pre test)

- Sasaran menjawab salam
- Sasaran mendengarkan dan memperhatikan
2
Penyajian
Ceramah,
Tanya Jawab
15 menit
- Penyuluh menjelaskan tentang pengertian gigi berlubang
- Penyuluh menyebutkan penyebab gigi berlubang
- Penyuluh menjelaskan akibat gigi berlubang
- Penyuluh menyebutkan cara pencegahan gigi berlubang

- Sasaran mendengarkan dan memperhatikan
- Sasaran menanyakan apabila ada penyuluhan yang kurang jelas
3
Evaluasi
Ceramah,
Tanya Jawab
7 menit
- Penyuluh memberikan pertanyaan seputar materi yang telah diberikan

- Sasaran mendengarkan, memperhatikan, dan menjawab pertanyaan
- Sasaran mengajukan pertanyaan seputar materi
4
Penutup
Ceramah
5 menit
- Penyuluh menyampaikan kesimpulan dari  kegiatan penyuluhan
- Penyuluh memberikan salam penutup

- Sasaran mendengarkan dan memperhatikan
- Sasaran menjawab salam penutup

9. Metode                    : Ceramah, Tanya Jawab
10. Media                    : Leaflet, Power Point, Model Gigi dan Sikat Gigi
11. Pembiayaan
No
Rincian
Jumlah
Harga Satuan
Jumlah
Sumber Dana
1
Leaflet
50
Rp2.000,00
Rp100.000,00
BOK
2
Snack
50
Rp5.000,00
Rp250.000,00
BOK
TOTAL
Rp350.000,00
BOK

12. Referensi
               Edwina A M Kidd, Sally Joyston Bechal. 1991. Dasar Dasar Karies. Jakarta. EGC
diakses pada 30 September 2018
diakses pada 30 September 2018
13. Materi Penyuluhan
a. Pengertian Gigi Berlubang
Gigi berlubang adalah kerusakan pada struktur jaringan keras gigi (email, dentin) yang diakibatkan oleh asam yang dihasilkan  oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi (Postline, 2008)
b. Penyebab Gigi Berlubang
Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab gigi berlubang, yaitu :
i.                 Plak
Plak gigi adalah suatu lapisan bening, tipis, dan terdiri dari mucus serta kumpulan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak gigi tidak dapat dilihat secara langsung, dengan demikian dibutuhkan suatu senyawa yang digunakan untuk membantu melihat. Plak gigi akan hilang setelah menyikat gigi namun terbentuk lagi dalam waktu singkat setelahnya. Plak gigi yang menumpuk dan jarang dibersihkan akan menyebabkan gigi berlubang.
ii. Bakteri
Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya gigi berlubang sangatlah besar. Bakteri yang sangat dominan dalam gigi belubang adalah streptococcus mutans. Bakteri ini sangat kariogen karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Akibatnya bakteri – bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.
Streptococcus mutans berperan dalam proses awal gigi berlubang yaitu lebih dulu masuk lapisan luar email. Selanjutnya lactobacillus acidophilus mengambil alih peranan pada gigi berlubang yang lebih merusakkan gigi. Bakteri menempel di gigi bersama plak. Plak akan tumbuh bila ada karbohidrat, sedangkan gigi berlubang akan terjadi bila ada plak dan karbohidrat (Suwelo, 1992)
iii. Sisa Makanan
Sisa makanan yang menempel lama karena terjebak adalah penyebab terjadinya gigi berlubang. Terjebak di sela – sela gigi menyebabkan sisa makanan susah untuk dibersihkan, sehingga memerlukan perlakuan dan alat khusus. Jika tidak segera dibersihkan atau tidak menyikat gigi, maka bakteri akan menjadikan makanan itu menjadi tempat berkembangbiak dan merusak gigi yang menempel dengan sisa makanan itu.
iv. Gigi
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya gigi berlubang. Oleh karena itu, daerah gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin diserang gigi berlubang. Gigi dengan fissure (lekukan) yang dalam, lebih mudah menyebabkan gigi berlubang. Hal ini memudahkan masuknya makanan di daerah itu dan sulit dibersihkan. Gigi yang berjejal (crowded) akan mendukung terjadinya gigi berlubang karena daerah tersebut sulit dibersihkan. Gigi yang mempunyai permukaan dan bentuk yang tidak teratur dapat mengakibatkan sisa – sisa makanan terselip dan bertahan sehingga produksi asam oleh bakteri berlangsung cepat dan mengakibatkan terjadinya pembusukkan gigi yang memicu timbulnya gigi berlubang.
c.  Akibat Gigi Berlubang
Berikut ini adalah beberapa akibat dari gigi berlubang, yaitu :
i. Sakit Gigi
ii. Bau Mulut
iii. Mengganggu proses pengunyahan sehingga akan mengganggu proses pencernaan juga
iv. Kehilangan Gigi, yang dapat timbul apabila kerusakan gigi sangat berat hingga gigi mengalami pembusukkan yang harus dilakukan pencabutan gigi
v. Focal Infeksi, yaitu kuman infeksi jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah. Kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung, karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi berlubang. Berdampak pada sistem rangka dan sistem saraf. Beberapa penyakit akibat dari infeksi gigi antara lain adalah jantung, stroke, penyakit saluran pernapasan, sakit kepala, bayi prematur / kurang sehat, atritis (radang sendi), dll.

d.    Cara Pencegahan Gigi Berlubang
i. Menyikat gigi 2 kali sehari dengan benar, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
ii. Makan – makanan yang berserat
iii. Mengurangi makanan manis melekat
iv. Banyak minum air putih
v. Rajinlah berkumur setelah makan dan minum yang manis melekat
vii. Mengurangi minuman bersoda
viii. Rutin memeriksakan gigi minimal 2 kali dalam setahun

Artikel Lainnya: